Petuah 1 (Seperti Binatang)

Hai temaans ;))

Kali ini saya bukan mau berbagi kisah inspiratif. Tapi, ga kalah menariknya kok :)
Saya akan berbagi nasehat. Nasehat yang saya dapatkan tempo hari, di pondok tercinta, PPMI Assalaam ;)

Nasehat dari seorang pandai ilmu yang hebat :)
Simak yaaa. Ga perlu serius banget oke?

Jadi, kemarin malem aku ikut bapak sama ibuku pengajian di kantor lantai 2 Assalaam. Itu pengajian rutin tiap selasa malem.
Trus apa yang dibahas?

Yang dibahas itu.. Tentang manusia-manusia yang diserupakan oleh Allah seperti binatang, bahkan
lebih buruk lagi. Na'udzubillahi min dzalik.
Memang manusia yang seperti apa saja?

Pertama, manusia yang tidak mengambil pelajaran atas apa yang mereka lihat atau mereka dengar. Manusia yang seperti ini diserupakan oleh Allah seperti babi. Sebenarnya apa yang membedakan manusia dengan binatang?
Akal.
Ya, benar. Manusia diberi anugerah oleh Allah berupa akal yang mampu digunakan untuk berfikir. Manusia dan hewan sama-sama melihat dan mendengar. Yang membedakan adalah manusia harusnya mengolah apa-apa yang dilihat dan didengarnya menjadi sebuah ilmu yang bisa dipelajari, lalu diamalkan. Lantas bagaimana ketika manusia hanya melihat dan mendengar sesuatu tanpa mengambil pelajaran dan menjadikannya ilmu yang dapat dipelajari serta diamalkan?
Allah memberikan perumpaan bagi mereka, seperti babi. Karena babi adalah binatang yang paling bodoh. Jangankan berfikir apa yang dia lihat, berfikir dan membedakan mana-mana babi yang sejenisnya atau bukan saja tidak mampu.

Kedua. Manusia yang tidak berubah dalam kondisi apapun. Dinasehati ataupun tidak tetap saja begitu. Mengaji bertahun-tahun tetap tidak berubah. Manusia yang seperti ini diserupakan Allah seperti anjing. Mengapa? Karena anjing selalu menjulurkan lidahnya. Dihalau atau tidak, anjing akan selalu menjulurkan lidahnya.
(Al-A'raaf : 176)

Ketiga. Manusia yang menjadikan Al-Quran hanya sebagai hiasan atau pajangan. Tak pernah dibuka, apalagi dibaca, terlebih dipahami dan dipelajari. Manusia yang seperti ini diserupakan oleh Allah seperti keledai yang menggendong taurat.
(Al-Jumu'ah : 5)

Keempat. Manusia yang hatinya sulit menerima kebaikan. Manusia yang seperti ini diserupakan oleh Allah seperti batu.
Kelima, manusia yang munafik. Manusia yang seperti ini memang tidak diserupakan oleh Allah seperti binatang. Tapi diserupakan seperti kayu yang disandarkan karena rapuh.  Mengapa begitu? Karena manusia munafik sejatinya adalah rapuh, tak punya pendirian yang kokoh. Ia tak punya pijakan dalam hidup.
(Al-Munafiqun : 4)

Na'udzubillahi min dzalik. Semoga kita semua terhindar dari kelima jenis manusia diatas.

Oh ya ada tambahan nasehat yang Alhamdulillah menguatkan tekadku untuk memperjuangkan nilai-
nilai kepondokan selama menempuh studi di UGM.

Salah satu nasehat beliau adalah..
Mempertahankan nilai-nilai kepondokan memang tidak mudah. Bahkan dari hal yang paling simpel sekalipun seperti pakaian. Tapi ingat, hidup tidak hanya di dunia saja. Rahmat Allah itu akan datang pada hamba-hambanya yang senantiasa mempelajari Al-Quran dan menegakkan aturan-aturan-Nya. Jangan mengesampingkan akhirat.

Terimakasih, Ustadzah. Saya tidak akan malu menyandang predikat sebagai santriwati selama menempuh studi di UGM. Yang mungkin terlihat sedikit konyol karena tidak bercelana, tidak menjabat tangan lawan jenis, tidak berkerudung gaul, dan sebagainya.

Saya tidak malu menjunjung tinggi nilai-nilai kepondokan di tengah hiruk-pikuk kehidupan berbagai macam mahasiswa.

Doakan saya, agar bisa selalu istiqomah dalam kebaikan. Agar bisa menjadi insan muda yang sukses besar dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama.

Satu pesan yang mengguncang dan menggetarkan jiwa.

Jangan nodai darah dan peluh perjuanganmu, dengan melakukan hal-hal yang dibenci Allah.


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Rumah Kepemimpinan 15: Menjadi Pasangan Strategis, Kenapa Tidak?

Kenangan Ramadhan 1 : Tidak Jadi ke Solo, Ini Gantinya!

Kisah Inspiratif Spesial Ramadhan : Keajaiban Istighfar